Lampaui Target, Konstruksi Stasiun Thamrin dan Monas Capai 83,64 Persen
Konstruksi fase 2A terus berlanjut dan sesuai jadwal. Per 25 November, paket kontrak CP201 (Thamrin—Monas) telah mencapai 83,64 persen dari target 82,05 persen dengan sejumlah pekerjaan utama di Stasiun Thamin meliputi pembangunan struktur tangga darurat, pengecoran dinding lokasi extension stabling yard (area parkir kereta), persiapan pengecoran dinding dan kolom entre 4, pekerjaan test pit dan pembersihan area entre 5, 7, dan 8; intalasi sistem HVAC, suplai air drainase, pemadam kebakaran, dan elektrikal, serta pengiriman peralatan utama mekanikal seperti kipas ventilasi terowongan, unit pengatur udara, panel sistem otomasi bangunan, pengecatan dinding, dan instalasi waterproof ceiling. Stasiun ini merupakan stasiun terpanjang di fase 2A, yaitu sekitar 440 meter.
Di Stasiun Monas, tim konstruksi terus melakukan percepatan penyelesaian pembangunan. Sejumlah pekerjaan terus dikebut seperti pengurugan area arrifing shaft entre 1 Jalan Museum, penggalian entre 2 Jalan Silang Barat Daya tahap 3, pemasangan baluster kaca di level beranda peron (concourse), pengujian sistem HVAC, suplai air, dan drainase serta pemadam kebakaran baik di stasiun maupun gardu induk.
Sedangkan untuk CP 202 (Stasiun Harmoni—Sawah Besar—Mangga Besar) setelah resmi dimulai pada 25 Juni 2022, per 25 November 2024 telah mencapai 41,55 persen dari target 39,03 persen. Cakupan pekerjaan meliputi rc deck dan soil improvement, produksi segmen terowongan dan perakitan komponen mesin bor terowongan untuk seluruh stasiun, pekerjaan ekskavasi launching shaft dan station box, pengecoran lantai beranda peron, dan pengecoran Lorong bawah kanal yang menghubungkan area stasiun dan pintu masuk di Stasiun Harmoni.
Tim juga sedang melakukan sejumlah pekerjaan D-Wall area entre, ekskavasi station box, pengecoran roof slab launching shaft, dan persiapan pengecoran roof slab receiving shaft di Stasiun Sawah Besar, serta pekerjaan RC-Deck, ekskavasi station box, dan pengecoran roof slab station box di Stasiun Mangga Besar.
Sedangkan di CP203 (Glodok dan Kota), kedua terowongan penghubungnya telah selesai dibangun. Per 25 November 2024, perkembangannya telah mencapai 64,87 persen. Sejumlah pekerjaan di Stasiun Kota meliputi pekerjaan struktur peron, tangga, OTW Duct, dan elektrikal serta mekanikal. Di area konstruksi Stasiun Glodok, TBM 1 sedang dipersiapkan membangun terowongan southbound ke Stasiun Mangga Besar. TBM 2 sedang membangun terowongan northbound menuju Mangga Besar. Tim juga masih membangun tangga akses pemadam kebakaran, dinding arsitektural, dan pekerjaan elektrikal dan mekanikal seperti cable ladder dan pipe installation.
Sedangkan CP 205 (sistem perkeretaapian dan rel) telah dimulai dengan ditandatanganinya kontrak kerja antara PT MRT Jakarta (Perseroda) dan Sojitz Corporation pada 17 April 2024 lalu dengan periode kontrak 75 bulan hingga akhir 2029. Per 25 November telah mencapai 9,49 persen dengan cakupan pekerjaan besar seperti rencana penempatan utilitas SKTT 150 kV di area Monas, pembahasan technical specification terkait SCADA, signalling, dan telekomunikasi, serta pembahasan aspek teknis SCADA, signalling, dan telekomunikasi.
CP 206 rolling stock (ratangga) sedang persiapan proses negosiasi terhadap harga penawaran bidder. Sedangkan CP 207 automatic fare collection system (sistem pembayaran), sedang dalam proses mendapatkan JICA concurrence terhadap dokumen tender.
Fase 2A MRT Jakarta akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga Kota sepanjang sekitar 5,8 kilometer dan terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota. Fase 2A tersebut dibagi menjadi dua segmen, yaitu segmen satu Bundaran HI—Harmoni yang ditargetkan selesai pada 2027, dan segmen dua Harmoni—Kota yang ditargetkan selesai pada 2029. Fase 2B MRT Jakarta yang rencananya melanjutkan dari Kota sampai dengan Depo Ancol Barat masih dalam tahap studi kelayakan (feasibility study). Fase 2A MRT Jakarta dibangun dengan biaya sekitar Rp25,3 triliun melalui dana pinjaman kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang.
Berbeda dengan fase 1, fase 2A dibangun sekaligus dengan mengembangkan kawasan stasiun dengan konsep kawasan berorientasi transit (transit oriented development). Pembangunan dengan konsep ini tidak hanya menyiapkan infrastruktur stasiun MRT Jakarta saja, namun juga kawasan sebagai paduan antara fungsi transit dan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik yang akan mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang.