Para Perempuan Penjaga Keandalan Ratangga
Dengan penuh konsentrasi, Laras (22) memperhatikan pergerakan alat pengetesan rem kereta (unit brake test stand) di hadapannya. Ia mengamati alat tersebut dan sesekali berdiskusi dengan rekan satu timnya. Tidak lama, ia menekan tuts papan tombol (keyboard) di laptop untuk mencetak hasil pengetesan tersebut lalu berdiskusi dengan rekan timnya yang lain. Ia lalu kembali mengamati pergerakan rem ratangga sembari sesekali mencatat di ponselnya. Tidak jauh dari tempat Laras bekerja, Oriska (24) sedang mengukur ketebalan karbon di pantograf ratangga. Dengan teliti ia memastikan angka yang tertera masih dalam batas toleransi yang ia harapkan, yaitu sekitar 5--7 milimeter.
Laras dan Oriska adalah dua dari tujuh perempuan yang bertugas sebagai teknisi perawatan dan pemeliharaan ratangga (rolling stock maintenance) di PT MRT Jakarta (Perseroda). Ada 36 teknisi MRT Jakarta dan 19 teknisi alih daya dalam tim tersebut. Meski didominasi oleh pria, tidak ada perbedaan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dalam menjaga keandalan ratangga.
“Sebagai seorang teknisi ratangga, lebih tepatnya bagian rem dan katup kereta, tugas saya ialah memastikan sistem pengereman dan katup ratangga selalu dalam kondisi prima,” tegas Laras yang lulus dari D3 Teknik Mesin, Politeknik Negeri Jakarta tersebut. “Prosesnya mulai dari pengambilan sistem rem dari ratangga, dibongkar, mengganti onderdil apabila dibutuhkan, mencuci, membersihkan, merakit kembali, hingga mengetesnya sampai memasangnya kembali di ratangga,” jelas ia saat ditemui di area bengkel (workshops) di Depo Lebak Bulus. Laras bergabung sebagai rolling stock workshop maintenance mechanical technician pada Juni 2021.
Laras menyebutkan bahwa di MRT Jakarta, tidak ada perbedaan tugas atau tanggung jawab berdasarkan jenis kelamin. Ia merasa diperlakukan setara dengan teknisi lainnya yang didominasi oleh pria. Hal senada juga disampaikan oleh Cika, sapaan akrab Oriska.
“Meskipun masih muda, saya bertanggung jawab untuk sistem kelistrikan ratangga, khususnya di kabin kereta, seperti master controller dan sistem propulsinya. Di MRT Jakarta itu, walaupun di departemen saya (rolling stock workshop) didominasi oleh pria, saya tidak mendapat perlakukan diskriminasi sama sekali,” jelas perempuan lulusan D4 Teknik Elektro, Politeknik Negeri Jakarta yang bergabung di PT MRT Jakarta (Perseroda) pada Juni 2021 tersebut. “Sejak kuliah, saya sudah bermimpi untuk bekerja di PT MRT Jakarta (Perseroda). Cerita tentang budaya, lingkungan, dan rekan kerja dari senior-senior saya yang sudah bekerja terlebih dahulu di sini membuat saya semakin tertarik. Terbukti selama ini, saya merasa MRT Jakarta ialah tempat bekerja yang menyenangkan, asyik, dan seru,” ungkapnya.
Bagi Laras dan Cika, sebagai perempuan, prospek pekerjaan sebagai teknisi kereta bagi perempuan sangat cerah karena setiap tahun makin banyak perempuan yang masuk jurusan teknik di bangku perkuliahan. “Perempuan jadi teknisi itu jangan takut kotor dan jangan takut tidak bisa. Asal mau belajar, pasti bisa karena kita bisa menjadi apapun yang kita mau,” imbuh Laras yang semakin tertarik bekerja di PT MRT Jakarta (Perseroda) saat melihat konten media sosial MRT Jakarta yang menayangkan teknisi rel kereta perempuan yang sedang menyusuri rel pada malam hari. “Saya tidak pernah bermimpi bisa bekerja di industri perkeretaapian. Meski demikian, setelah melihat perkembangan pesat MRT Jakarta menjadi moda transportasi canggih, saya jadi tertarik. Untuk semua perempuan yang ingin bekerja di industri perkeretapiaan atau apapun yang male dominated lainnya, jangan ragu karena kita pasti bisa asalkan percaya dan tetap semangat,” pungkas Cika.