Skip to main content

Per 15 Januari, Pembangunan Fase 2A CP 201 Capai 50,18 Persen

Image
segmen tunnel
Pekerja sedang mengangkut material di area pembangunan terowongan Stasiun Thamrin. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya. 11 Januari 2023. 

Pekerjaan pembangunan CP 201 (Stasiun Thamrin dan Monas) fase 2A MRT Jakarta berjalan sesuai jadwal. Per 15 Desember 2022, perkembangan pembangunan telah mencapai 50,18 persen. Saat ini, pembangunan Stasiun Monas telah masuk ke tahap pekerjaan pengecoran roof slab gardu induk, pekerjaan pengecoran kolom dan instalasi ventilasi penyedot udara, pengecoran slab ventilation tower, dan persiapan pengeboran terowongan dari Stasiun Monas ke Stasiun Harmoni.

Sedangkan di Stasiun Thamrin, pekerjaan yang sedang dilakukan meliputi pekerjaan pembangunan D-Wall di sisi utara, penggalian dan pengecoran slab di sisi selatan stasiun, jet grouting sisi selatan dan utara stasiun, dan pembangunan terowongan oleh TBM-1 dari sisi selatan Stasiun Thamrin menuju sisi utara Stasiun Bundaran HI.  

Selain itu, mesin bor terowongan 1 (TBM-1) telah berhasil membangun terowongan northbound dari Stasiun Thamrin menuju Stasiun Bundaran HI sepanjang 220 meter dari total 562 meter. Sedangkan mesin bor terowongan 2 (TBM-2) telah menyelesaikan pembangunan dua terowongan antara Stasiun Thamrin dan Bundaran HI. TBM-2 sedang dalam persiapan pemindahan ke shaft utara Stasiun Monas untuk membangun terowongan menuju Stasiun Harmoni.

Image
Stasiun Monas
Suasana di dalam area pembangunan Stasiun Monas. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya. 11 Januari 2023. 

Sedangkan untuk CP 202 (Stasiun Harmoni—Mangga Besar—Sawah Besar) setelah resmi dimulai pada 18 Juli 2022, per 15 Januari 2023 telah mencapai 8,74 persen dengan cakupan pekerjaan meliputi pekerjaan penanganan rel trem dan penyimpanan ke lokasi sementara milik Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD) di Jelambar, ekskavasi persiapan relokasi utilitas area Stasiun Sawah Besar dan Stasiun Mangga Besar, relokasi utilitas PGN, telkom, dan fiber optic di area Stasiun Harmoni sisi Jalan Hayam Wuruk, slab foundation dan primary beam canal decking di area Mangga Besar, dan pondasi, steel structure erectionserta pekerjaan arsitektural halte busway sementara.   

 Pascapenandatanganan paket kontrak (contract package) CP 203 (Stasiun Glodok dan Kota) pada 20 April 2021, pekerjaannya pun sudah mulai dilakukan dan berjalan sesuai jadwal. Per 15 Januari 2023, perkembangannya sudah mencapai 24,22 persen dengan pekerjaan di Stasiun Glodok meliputi melanjutkan pekerjaan instalasi road decking dan pekerjaan penggalian stasiun. Di Stasiun Kota, meliputi pekerjaan pembangunan D-Wall dan pekerjaan fabrikasi rebar cage untuk D-Wall. Selain itu, mesin bor terowongan sedang dalam proses fabrikasi.

Sedangkan pengadaan CP 205 railway systems and trackwork (sistem perkeretaapian dan rel), 206 rolling stock (ratangga), dan CP 207 automatic fare collection (sistem pembayaran) masih berjalan sesuai jadwal. Saat ini sedang dilakukan market sounding dan penyesuaian pengadaan kereta dari 14 rangkaian menjadi tujuh rangkaian. Target pembukaan tender pada kuartal pertama 2023. Sedangkan pengadaan paket CP 205, telah dilakukan pembukaan tender pada Agustus 2022 lalu. Dan, tender untuk paket CP207 ditargetkan akan dilaksanakan pada Juni 2023.

Fase 2A MRT Jakarta akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga Kota sepanjang sekitar 5,8 kilometer dan terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota. Fase 2A tersebut dibagi menjadi dua segmen, yaitu segmen satu Bundaran HI—Harmoni yang ditargetkan selesai pada 2027, dan segmen dua Harmoni—Kota yang ditargetkan selesai pada 2029. Fase 2B MRT Jakarta yang rencananya melanjutkan dari Kota sampai dengan Depo Ancol Barat masih dalam tahap pengajuan pendanaan menggunakan JICA Loan, proses perolehan izin lingkungan, persiapan dokumen teknis, dan perencanaan pembebasan lahan. Fase 2A MRT Jakarta dibangun dengan biaya sekitar Rp25,3 triliun melalui dana pinjaman kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang. 

Berbeda dengan fase 1, fase 2 dibangun sekaligus dengan membangun kawasan stasiun dengan konsep kawasan berorientasi transit (transit oriented development). Pembangunan dengan konsep ini tidak hanya menyiapkan infrastruktur stasiun MRT Jakarta saja, namun juga kawasan sebagai paduan antara fungsi transit dan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik yang akan mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang.