Lampaui Target, Konstruksi Stasiun Thamrin dan Monas Capai 82,6 Persen
Konstruksi fase 2A terus berlanjut dan sesuai jadwal. Per 25 Oktober, paket kontrak CP201 (Thamrin—Monas) telah mencapai 82,6 persen, dari target 80,51 persen, dengan sejumlah pekerjaan utama di Stasiun Thamin meliputi pembangunan tangga darurat, pengecoran dinding lokasi extension stabling yard (area parkir kereta), persiapan pengecoran dinding dan kolom entre 4, pekerjaan test pit dan pembersihan area entre 5, 7, dan 8; intalasi sisstem HVAC, suplai air drainase, pemadam kebakaran, dan elektrikal, serta pekerjaan instalasi dinding AAC dan plester di area beranda peron (concourse). Stasiun ini merupakan stasiun terpanjang di fase 2A, yaitu 440 meter.
Di Stasiun Monas, tim konstruksi terus melakukan percepatan penyelesaian pembangunan. Sejumlah pekerjaan seperti pengecoran segmen cast-in-situ entre Jalan Museum, pekerjaan soldier pile entre 2 tahap 3 terus dilakukan. Tim kontraktor juga masih mengerjakan pemasangan fire shutter, ACP, handrail, dan granit tangga. Instalasi dan pengujian sistem HVAC, suplai air dan drainase, pemadam kebakaran, dan elektrikal stasiun dan gardu induk masih terus dilakukan.
Sedangkan untuk CP 202 (Stasiun Harmoni—Sawah Besar—Mangga Besar) setelah resmi dimulai pada 25 Juni 2022, per 25 Oktober 2024 telah mencapai 40,02 persen dari target 37,81 persen. Cakupan pekerjaan meliputi pekerjaan rc deck dan soil improvement untuk seluruh stasiun, ekskavasi launching shaft dan station box stasiun Harmoni, pekerjaan sheet pile Lorong bawah kanal yang menghubungkan area stasiun dan pintu masuk (canal underpass), pembangunan guide wall dan D-Wall area entre Stasiun Sawah Besar.
Tim juga sedang melakukan sejumlah pekerjaan ekskavasi seperti di area penerimaan mesin bor terowongan dan station box Stasiun Sawah Besar, serta station box dan pengecoran roof slab Stasiun Mangga Besar. Di luar pekerjaan sipil tersebut, sedang dilakukan produksi tunnel segment atau ring terowongan dan perakitan komponen mesin bor terowongan.
Sedangkan di CP203 (Glodok dan Kota), kedua terowongan penghubungnya telah selesai dibangun. Per 25 Oktober 2024, perkembangannya telah mencapai 62,76 persen. Sejumlah pekerjaan di Stasiun Kota meliputi pemotongan kingpost, pembangunan struktur peron, tangga, dan pemasangan OTE Duct. Di area konstruksi Stasiun Glodok, TBM 2 sedang membangun terowongan menuju Mangga Besar. Tim juga masih membangun tangga akses pemadam kebakaran, dinding arsitektural, dan pekerjaan elektrikal dan mekanikal seperti cable ladder dan pipe installation.
Sedangkan CP 205 (sistem perkeretaapian dan rel) telah dimulai dengan ditandatanganinya kontrak kerja antara PT MRT Jakarta (Perseroda) dan Sojitz Corporation pada 17 April 2024 lalu dengan periode kontrak 75 bulan hingga akhir 2029. Per 25 Oktober telah mencapai 9,28 persen dengan cakupan pekerjaan besar seperti rencana penempatan utilitas SKTT 150 kV di area Monas, pembahasan technical specification terkait SCADA, signalling, dan telekomunikasi.
CP 206 rolling stock (ratangga) sedang persiapan proses negosiasi terhadap harga penawaran bidder. Sedangkan CP 207 automatic fare collection system (sistem pembayaran), sedang dalam proses mendapatkan JICA concurrence terhadap dokumen tender.
Fase 2A MRT Jakarta akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga Kota sepanjang sekitar 5,8 kilometer dan terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota. Fase 2A tersebut dibagi menjadi dua segmen, yaitu segmen satu Bundaran HI—Harmoni yang ditargetkan selesai pada 2027, dan segmen dua Harmoni—Kota yang ditargetkan selesai pada 2029. Fase 2B MRT Jakarta yang rencananya melanjutkan dari Kota sampai dengan Depo Ancol Barat masih dalam tahap studi kelayakan (feasibility study). Fase 2A MRT Jakarta dibangun dengan biaya sekitar Rp25,3 triliun melalui dana pinjaman kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang.
Berbeda dengan fase 1, fase 2A dibangun sekaligus dengan mengembangkan kawasan stasiun dengan konsep kawasan berorientasi transit (transit oriented development). Pembangunan dengan konsep ini tidak hanya menyiapkan infrastruktur stasiun MRT Jakarta saja, namun juga kawasan sebagai paduan antara fungsi transit dan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik yang akan mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang.