Skip to main content

Pengembangan Jalur MRT Jakarta

TBM-1
TBM-1 siap mengebor tanah dan membangun terowongan yang menghubungkan Bundaran HI dan Stasiun Thamrin. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya. 

Pembangunan dan pengembangan jalur moda raya terpadu di Jakarta terus dilaksanakan. Per 25 Desember 2021, pembangunan Stasiun Thamrin dan Monas telah mencapai 30 persen dan pembangunan Stasiun Glodok dan Kota telah mencapai 6 persen. Mesin bor terowongan telah selesai dirakit dan akan memulai pengeboran pada akhir Januari 2022. PT MRT Jakarta (Perseroda) masih menargetkan penyelesaian Fase 2A segmen Bundaran HI—Harmoni pada Maret 2025 dan Harmoni—Kota pada Agustus 2027. Sedangkan pembangunan Fse 2B dari Kota hingga Ancol Barat masih dalam tahap studi kelayakan (feasibility study).

“Sedangkan fase 3 yang sedang kita coba membantu pemerintah, baik DKI Jakarta maupun pusat, ialah mendorong pendekatan yang sifatnya kemitraan antara pemerintah dan badan usaha. Total panjangnya yaitu sekitar 89 kilometer dari Balaraja ke Cikarang. Untuk fase 1 dari Ujung Menteng ke Kali Deres sekitar 31 kilometer, kita melihat ada dua stage yaitu stage 1 sekitar 20 kilometer dan stage dua sekitar 11 kilometer,” ungkap Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar saat memberikan penjelasan kepada jurnalis pada Senin, 27 Desember 2021.

“Jalur timur barat ini diperkikaan akan ada sekitar 500 ribu pengguna jasa per hari. Kita juga sedang menjajaki kerja sama dengan sejumlah pemilik bisnis baik BUMD maupun BUMN, seperti PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung atau JIEP, untuk depo jalur ini,” lanjutnya. “Kita sudah sepakat ada lahan sekitar 23 hektare untuk menjadi depo MRT Jakarta dan juga ada perencanaan rute integrasi dengan moda transportasi lainnya,” pungkas ia.

penumpang
Hadirnya moda raya terpadu di Jakarta telah menumbuhkan budaya antre dan disiplin di transporasi publik. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya. 

Terkait fase 4, yaitu koridor Fatmawati hingga Taman Mini Indonesia Indah, saat ini sedang dilaksanakan studi kelayakan (feasibility study). Rencananya akan terdiri dari 12 kilometer jalur layang dan bawah tanah yang dilengkapi dengan 10 stasiun dan satu depo di area sekitar Kampung Rambutan, di salah satu lahan milik pemerintah. Pembangunannya juga diusulkan menggunakan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).

Perubahan paradigma pembangunan Jakarta dari berbasis jalan raya dan kendaraan pribadi menjadi berbasis transportasi publik dan transit akan mendorong kota yang lebih baik bagi penghuni dan lingkungannya. Memanusiakan mobilitas masyarakat melalui pengembangan jalur MRT Jakarta, transportasi publik massal lainnya, dan kawasan berorientasi transit juga akan mendorong perubahan perilaku dan gaya hidup sehat bagi masyarakat dan kehidupan yang lebih baik.