Presiden Joko Widodo: Progress MRT Jakarta Melebihi Target
Presiden Joko Widodo mengunjungi area konstruksi Stasiun Monas. Dalam kunjungan tersebut, ia meninjau area terowongan dan beranda peron stasiun didampingi oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, dan Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Tuhiyat. Usai kunjungan, Presiden menyampaikan bahwa perkembangan MRT Jakarta melebihi target.
“Fase 2A dari BHI ke Kota, dari target 27,45 persen, sekarang sudah mencapai 28,43 persen. Lebih dari target. Saya kira ini bagus sekali. Saya lihat dari terowongannya sudah selesai. Tinggal nanti teruskan ke fase 2B dari Kota ke Ancol,” ujar Presiden Joko Widodo. “Rencananya akan berfungsi pada 2027. Ini pekerjaan yang tidak mudah karena bekerja di dalam keramaian jakarta dan di bawah saat membuat tunnel juga bukan gampang, tapi progresnya di atas target,” tambahnya. Presiden Joko Widodo juga mengatakan bahwa tidak ada kendala signifikan yang dihadapi. “Jakarta membutuhkan sistem transportasi massal terintegrasi, bukan sendiri-sendiri,” tambahnya.
Per 25 November 2023, perkembangan pembangunan Stasiun Monas dan Stasiun Thamrin telah mencapai 65,35 persen dari target 64,77 persen. Dua terowongan yang menghubungkan Bundaran HI dan Harmoni pun telah selesai dibangun. PT MRT Jakarta (Perseroda) menargetkan operasional MRT Jakarta hingga Stasiun Monas pada 2027 mendatang.
Fase 2A ini akan membangun tujuh stasiun, meliputi Stasiun Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota. Seluruh stasiun terletak di bawah tanah dengan kedalaman mulai dari 17 meter hingga 36 meter di bawah tanah. Stasiun Thamrin akan menjadi stasiun terpanjang, yaitu 455 meter dengan 200 meter di antaranya disiapkan sebagai area komersial. Di stasiun ini pula akan menjadi pertemuan dengan jalur timur dan barat. Sedangkan Stasiun Monas akan menjadi stasiun ikonik yang terintegrasi dengan kawasan Taman Monumen Nasional.
Stasiun Sawah Besar dan Mangga besar akan dibangun empat lantai di bawah tanah. Hal ini disebabkan oleh karakter terowongan yang melewati kedua stasiun ini. Seluruh stasiun akan terintegrasi langsung dengan halte bus Transjakarta.