Skip to main content

Per 25 November, Pembangunan Fase 2A CP 201 Capai 47,48 Persen

Image
TBM CP201
Suasana pekerjaan pembangunan terowongan di CP 201. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya. 

Pekerjaan pembangunan CP 201 (Stasiun Thamrin dan Monas) fase 2A MRT Jakarta berjalan sesuai jadwal. Per 25 November 2022, perkembangan pembangunan telah mencapai 47,48 persen. Saat ini, pembangunan Stasiun Monas telah masuk ke tahap pekerjaan pembesian roof slab gardu induk, pekerjaan penggalian ventilation tower, pekerjaan pemasangan over track exhaust (OTE) duct stasiun, dan pekerjaan persiapan entrance satu di Jalan Museum. Hingga akhir 2022 ini, PT MRT Jakarta (Perseroda) menargetkan penyesaian penggalian station box, roof slab, concourse slab, dan base slab stasiun, serta memulai pengeboran koridor Monas—Thamrin.

Sedangkan di Stasiun Thamrin, pekerjaan yang sedang dilakukan meliputi pekerjaan power blender dan guide wall di sisi utara stasiun, pekerjaan pembangunan D-Wall di sisi selatan dan utara stasiun, pekerjaan jet grouting di sisi utara stasiun. Hingga akhir 2022 ini, PT MRT Jakarta (Perseroda) menargetkan penyelesaian pekerjaan D-Wall dan tiang penyangga sementara (kingpost) station box, penggalian station box, pemasangan traffic decking sisi timur station box, dan pengeboran koridor Bundaran HI—Thamrin.

Per 25 November ini pula, mesin bor terowongan 1 (TBM-1) yang sedang membangun terowongan northbound (jalur Lebak Bulus—Kota) menuju Bundaran HI telah mencapai 75 meter dari total panjang 562 meter. Saat ini sedang dilakukan pekerjaan conversion untuk main drive. Sedangkan mesin bor terowongan 2 (TBM-2) yang sedang membangun terowongan northbound (jalur Lebak Bulus—Kota) menuju Monas telah mencapai 195 meter dari total panjang 385 meter.

Image
rebar CP 203
Pekerja sedang menyiapkan fabrikasi rebar D-Wall untuk proyek CP 203. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya. 

Sedangkan untuk CP 202 (Stasiun Harmoni—Mangga Besar—Sawah Besar) setelah resmi dimulai pada 18 Juli 2022 lalu, per 25 November telah mencapai 7,943 persen dengan cakupan pekerjaan meliputi manajemen rekayasa lalu lintas (traffic diversion), persiapan pekerjaan relokasi utilitas, penanaman kembali pohon terdampak, pekerjaan pondasi halte sementara bus transjakarta, penanganan temuan rel trem kuno, dan pekerjaan pondasi bored pile untuk canal decking.

 Pascapenandatanganan paket kontrak (contract package) CP 203 (Stasiun Glodok dan Kota) pada 20 April 2021 lalu, pekerjaannya pun sudah mulai dilakukan dan berjalan sesuai jadwal. Per 25 November 2022, perkembangannya sudah mencapai 19,8 persen dengan pekerjaan di Stasiun Glodok meliputi melanjutkan pekerjaan tiang penyangga sementara (king post) dan persiapan pekerjaan penggalian stasiun. Di Stasiun Kota, meliputi penyelesaian pekerjaan penanganan temuan terakota pipa air kuno dan pekerjaan fabrikasi rebar D-Wall panel. Selain itu, sedang dilakuan fabrikasi mesin bor terowongan.

Sedangkan pengadaan CP 205 railway systems and trackwork (sistem perkeretaapian dan rel), CP 206 rolling stock (ratangga), dan CP 207 automatic fare collection (sistem pembayaran) masih dalam proses dan berjalan sesuai jadwal. 

Fase 2A MRT Jakarta akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga Kota sepanjang sekitar 5,8 kilometer dan terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota. Fase 2A tersebut dibagi menjadi dua segmen, yaitu segmen satu Bundaran HI—Harmoni yang ditargetkan selesai pada Maret 2025, dan segmen dua Harmoni—Kota yang ditargetkan selesai pada Agustus 2028. Fase 2B MRT Jakarta yang rencananya melanjutkan dari Kota sampai dengan Depo Ancol Barat masih dalam tahap studi kelayakan (feasibility study). Fase 2A MRT Jakarta dibangun dengan biaya sekitar Rp25,3 triliun melalui dana pinjaman kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang. 

Berbeda dengan fase 1, fase 2 dibangun sekaligus dengan membangun kawasan stasiun dengan konsep kawasan berorientasi transit (transit oriented development). Pembangunan dengan konsep ini tidak hanya menyiapkan infrastruktur stasiun MRT Jakarta saja, namun juga kawasan sebagai paduan antara fungsi transit dan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik yang akan mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang.