Per 25 Mei, Pembangunan Fase 2A CP 201 Capai 57,4 Persen
Pekerjaan pembangunan CP 201 (Stasiun Thamrin dan Monas) fase 2A MRT Jakarta berjalan sesuai jadwal. Per 25 Mei 2023, perkembangan pembangunan telah mencapai 57,4 persen. Saat ini, pembangunan Stasiun Monas telah masuk ke tahap pekerjaan pengecoran dinding platform, pekerjaan bore pile untuk launching shaft box jacking entrance Jalan Museum, pekerjaan pembesian atap ventilation tower, pekerjaan dinding ruangan dalam gardu induk dan stasiun, pekerjaan backfill gardu induk, pekerjaan pemasangan soldier pile untuk entrance 1 dan ventilation tower 1, pekerjaan pemasangan pipa hydrant stasiun, dan pekerjaan pemasangan saluran ventilasi stasiun.
Sedangkan di Stasiun Thamrin, pekerjaan yang sedang dilakukan meliputi pekerjaan penggalian dan pengecoran roof slab, penggalian dan persiapan pengecoran concourse slab sisi selatan stasiun, dan pemasangan waterproofing pada roof slab sisi selatan dan utara stasiun.
Per 25 Mei 2023 pula, mesin bor terowongan 1 (TBM-1) telah berhasil dimobilisasi ke Stasiun Monas untuk melanjutkan pekerjaan pengeboran terowongan southbound menuju Stasiun Harmoni. Sedangkan mesin bor terowongan 2 (TBM-2) telah memulai pekerjaan pembangunan terowongan northbound menuju Stasiun Harmoni dan telah berhasil membangun sepanjang sekitar 624 meter (416 ring).
Sedangkan untuk CP 202 (Stasiun Harmoni—Sawah Besar—Mangga Besar) setelah resmi dimulai pada 18 Juli 2022, per 25 Mei 2023 telah mencapai 13,99 persen dengan cakupan pekerjaan meliputi pekerjaan proteksi dan relokasi utilitas, pembongkaran Halte Transjakarta Harmoni dan jembatan penyeberangan orang saat ini, pemasangan u-shell, rc deck, dan steel deck untuk canal decking Jalan Hayam Wuruk, pekerjaan test pit dan pembongkaran pile di area Stasiun Harmoni, dan pekerjaan persiapan rekayasa lalu lintas tahap 3 (site clearance dan pelebaran jalan).
Pascapenandatanganan paket kontrak (contract package) CP 203 (Stasiun Glodok dan Kota) pada 20 April 2021, pekerjaannya pun sudah mulai dilakukan dan berjalan sesuai jadwal. Per 25 Mei 2023, perkembangannya sudah mencapai 34,54 persen dengan pekerjaan di Stasiun Glodok meliputi pekerjaan galian middle slab/concourse slab, pekerjaan konstruksi middle slab, dan pekerjaan ground improvement untuk peluncuran mesin bor terowongan. Di Stasiun Kota, meliputi pekerjaan fabrikasi rebar cage untuk D-Wall, D-Wall sisi timur stasiun, investigasi struktur TPO Kota saat ini, dan ground improvement di sisi utara stasiun. Di luar pekerjaan structural stasiun, saat ini sedang dilakukan factory acceptance test (FAT) TBM No. 2 untuk CP 203.
Sedangkan pengadaan CP 205 railway systems and trackwork (sistem perkeretaapian dan rel) telah dilakukan dilaksanakan dengan international competitive bidding. Call for tender telah dilakukan pada 25 Agustus 2022. CP 206 rolling stock (ratangga) telah dilakukan market sounding dan penyesuaian jumlah rangkaian kereta dari 14 rangkaian menjadi tujuh rangkaian. Rencananya, call for tender akan dilakukan pada Q1 tahun ini. Sedangkan CP 207 automatic fare collection (sistem pembayaran), call for tender akan dilakukan pada Juni 2023.
Fase 2A MRT Jakarta akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga Kota sepanjang sekitar 5,8 kilometer dan terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota. Fase 2A tersebut dibagi menjadi dua segmen, yaitu segmen satu Bundaran HI—Harmoni yang ditargetkan selesai pada 2027, dan segmen dua Harmoni—Kota yang ditargetkan selesai pada 2029. Fase 2B MRT Jakarta yang rencananya melanjutkan dari Kota sampai dengan Depo Ancol Barat masih dalam tahap studi kelayakan (feasibility study). Fase 2A MRT Jakarta dibangun dengan biaya sekitar Rp25,3 triliun melalui dana pinjaman kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang.
Berbeda dengan fase 1, fase 2A dibangun sekaligus dengan mengembangkan kawasan stasiun dengan konsep kawasan berorientasi transit (transit oriented development). Pembangunan dengan konsep ini tidak hanya menyiapkan infrastruktur stasiun MRT Jakarta saja, namun juga kawasan sebagai paduan antara fungsi transit dan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik yang akan mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang.