Skip to main content

Per 25 September, Pembangunan Fase 2A CP 201 Capai 43,4 Persen

Image
tunnel
Lori pengangkut material saat pembangunan terowongan. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya. 

Pekerjaan pembangunan CP 201 (Stasiun Thamrin dan Monas) fase 2A MRT Jakarta berjalan sesuai jadwal. Per 25 September 2022, perkembangan pembangunan telah mencapai 43,4 persen. Saat ini, pembangunan Stasiun Monas telah masuk ke tahap pekerjaan pengecoran base slab dan pengecoran kolom stasiun, pekerjaan pengecoran dinding akses gardu induk, dan pemasangan tunnel segmen pada terowongan kembali dari arah Thamrin menuju arah Monas dengan menggunakan TBM-2. Hingga akhir 2022 ini, PT MRT Jakarta (Perseroda) menargetkan penyesaian penggalian station box, roof slab, concourse slab, dan base slab stasiun, serta memulai pengeboran koridor Monas—Thamrin.

Sedangkan di Stasiun Thamrin, pekerjaan yang sedang dilakukan meliputi pekerjaan traffic deck di sisi utara stasiun, pekerjaan tiang penyangga sementara (king post) dan dinding penahan tanah/dinding stasiun D-Wall di sisi utara stasiun, pekerjaan power blender di sisi selatan stasiun, pekerjaan traffic diversion di sisi selatan stasiun, dan pekerjaan u-turn TBM-1 dan persiapan peluncuran (NB) di shaft selatan stasiun. Hingga akhir 2022 ini, PT MRT Jakarta (Perseroda) menargetkan penyelesaian pekerjaan D-Wall dan kingpost station box, penggalian station box, pemasangan traffic decking sisi timur station box, dan pengeboran koridor Bundaran HI—Thamrin.

Per 25 September ini pula, terowongan southbound (arah Lebak Bulus) Stasiun Bundaran HI dan Thamrin sepanjang 562 meter telah tersambung. Begitu pula Stasiun Monas—Thamrin sepanjang 356 meter. TBM-1 dan TBM-2 sedang bersiap untuk melakukan pengeboran terowongan northbound (arah Kota).

Image
CP201
Pekerja sedang menyiapkan pengecoran dinding stasiun. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya. 

Sedangkan untuk CP 202 (Stasiun Harmoni—Mangga Besar—Sawah Besar) setelah resmi dimulai pada 18 Juli lalu, per 25 September lalu telah mencapai 6,82 persen dengan cakupan pekerjaan meliputi manajemen rekayasa lalu lintas (traffic diversion) tahap 1.1 dimulai sejak 18 Agustus, relokasi dan penanaman kembali pohon kompensasi terdampak, pekerjaan archeological test pit, dan pekerjaan test pit utilitas.

 Pascapenandatanganan paket kontrak (contract package) CP 203 (Stasiun Glodok dan Kota) pada 20 April 2021, pekerjaannya pun sudah mulai dilakukan dan berjalan sesuai jadwal. Per 25 September 2022, perkembangannya sudah mencapai 16,31 persen dengan pekerjaan di Stasiun Glodok meliputi melanjutkan pekerjaan pembuatan D-Wall. Di Stasiun Kota, meliputi pekerjaan pembangunan tiang penyangga sementara (king post) dan persiapan penanganan temuan saluran air kuno Batavia. Sedangkan pengadaan CP 205 railway systems and trackwork (sistem perkeretaapian dan rel), 206 rolling stock (ratangga), dan CP 207 automatic face collection (sistem pembayaran) masih berjalan sesuai jadwal. 

Fase 2A MRT Jakarta akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga Kota sepanjang sekitar 5,8 kilometer dan terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota. Fase 2A tersebut dibagi menjadi dua segmen, yaitu segmen satu Bundaran HI—Harmoni yang ditargetkan selesai pada Maret 2025, dan segmen dua Harmoni—Kota yang ditargetkan selesai pada Agustus 2027. Fase 2B MRT Jakarta yang rencananya melanjutkan dari Kota sampai dengan Depo Ancol Barat masih dalam tahap studi kelayakan (feasibility study). Fase 2A MRT Jakarta dibangun dengan biaya sekitar Rp22,5 triliun melalui dana pinjaman kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang. 

Berbeda dengan fase 1, fase 2 dibangun sekaligus dengan membangun kawasan stasiun dengan konsep kawasan berorientasi transit (transit oriented development). Pembangunan dengan konsep ini tidak hanya menyiapkan infrastruktur stasiun MRT Jakarta saja, namun juga kawasan sebagai paduan antara fungsi transit dan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik yang akan mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang.