Skip to main content

Ayo Gunakan Transportasi Publik Demi Lingkungan yang Berkelanjutan!

foto aerial FTM
Langit biru dan gunung terlihat melalui foto aerial di sekitar kawasan Stasiun Fatmawati. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya.

46 persen polusi udara di Jakarta berasal sari sektor transportasi (Komite Penghapusan Bensin Bertimbel, 2019). Jumlah kendaraan bermotor roda dua mencapai 13,3 juta dan roda empat mencapai 3,5 juta, Jakarta mengonsumsi sekitar 70 persen bahan bakar apabila dibandingkan dengan Jawa Barat dan Banten. Hal ini sebagai konsekuensi 20 juta jumlah masyarakat yang bermobilitas di Jakarta pada siang hari dan 10 juta pada malam hari (Deputi Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, 2019). Gerakan besar untuk mengurangi polusi dari emisi gas buang ialah salah satunya dengan mengubah pola mobilitas masyarakat dari ketergantungan besar terhadap kendaraan pribadi menjadi pengguna transportasi publik.

“Kehadiran MRT Jakarta merupakan sebuah langkah maju atau titik berangkat yang baik dalam gerakan perubahan iklim mengurangi emisi dalam konteks pengembangan kota. Meskipun demikian, kalau bicara transportasi publik, itu merupakan sebuah ekosistem,” ungkap Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar. “Pemicunya bisa MRT Jakarta, namun dengan 16 kilometer jalur, tidak serta merta akan menyelesaikan persoalan kemacetan dan menurunkan polusi. Gerakan besarnya ialah dengan mengubah pola mobilitas masyarakat dari bergantung kepada kendaraan prbadi menjadi pengguna transportasi publik,” lanjut ia. Banyak kota besar, tambah William, yang secara signifikan menurunkan tingkat kemacetan meskipun memiliki kepadatan populasi tinggi. “Tapi dengan penggunaan transportasi publik yang maksimal dan tata ruang yang terintegrasi, kotanya menjadi nyaman. Jakarta sedang bergerak ke arah sana,” tutur ia.

Saat ini, Jakarta sedang bergerak mengintegrasikan seluruh sistem transportasi publik di kawasan Jabodetabek. Kerja sama apik dengan commuterline, LRT Jakarta, dan transjakarta telah menghadirkan sejumlah manfaat bagi masyarakat. Stasiun dan halte bus telah terhubungkan dan konsep JakLingko semakin menunjukkan dampak baiknya. Pada 2030 mendatang, DKI Jakarta menargetkan 75 persen masyarakat menjadi pengguna transportasi publik yang secara signifikan akan menurunkan polusi dan mengurai kemacetan.

Secara korporasi, PT MRT Jakarta (Perseroda) telah melancarkan kampanye dan komitmen korporasi terkait sustainability. “Dalam setiap kehidupan korporasi kita ingin memasikan bahwa sustainability menjadi bagian dari proses bisnis korporasi. Misalnya pengelolaan sampah di PT MRT Jakarta (Perseroda) sudah bergerak dari 3R, sekarang menuju 7R,” jelas William. Selain itu, tambah William, PT MRT Jakarta (Perseroda) juga meluncurkan gerakan bekerja sama dengan 10 perusahaan rintisan yang dua di antaranya bergerak di bidang lingkungan, yaitu jejak.in dan rekosistem.

Selain itu, pembangunan kawasan di setiap stasiun MRT Jakarta dengan mengintegrasikan seluruh moda transportasi publik dan pejalan kaki serta pesepeda akan mendorong semakin banyak mobilitas masyarakat menggunakan transportasi publik dan secara signifikan akan menurunkan tingkat kemacetan sehingga mengurangi emisi gas buang dari penggunaan transportasi pribadi yang berlebihan.

Penulis: Nasrullah.