
Gelar TOD Forum 2025 Usung Tema Inovasi dalam Pengembangan Kawasan Berbasis Heritage

PT MRT Jakarta (Perseroda) kembali menyelenggarakan TOD Forum 2025, bagian dari rangkaian acara tahunan TOD Fair, yang tahun ini berlangsung di Museum Mandiri, kawasan Kota Tua Jakarta. Kegiatan ini menjadi ruang dialog strategis bagi berbagai pemangku kepentingan untuk membahas pengembangan kawasan berorientasi transit (Transit Oriented Development atau TOD) di area bersejarah Ibu Kota, sebagai upaya mengintegrasikan pelestarian budaya dengan kemajuan infrastruktur modern.
Mengangkat tema “Innovation in Heritage Districts: Preserving Through Creativity”, forum yang berlangsung pada Selasa (21-10-2025) ini menghadirkan perwakilan pemerintah, akademisi, pengembang, komunitas, serta mitra internasional untuk mengeksplorasi bagaimana kreativitas dan kolaborasi lintas sektor dapat mendorong pembangunan kawasan bersejarah yang adaptif, inklusif, dan berkelanjutan. Acara ini juga menjadi bagian penting dari visi Jakarta menuju usia ke-500 tahun, yang menempatkan warisan sejarah sebagai landasan dalam membangun kota masa depan.
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Irene Umar, dalam sambutannya, menegaskan bahwa pelestarian budaya merupakan bagian penting dari pembangunan ekonomi kreatif nasional. “Kita melihat budaya sebagai source code dari ekonomi kreatif bangsa, fondasi tempat ide dan inovasi lahir. Ketika kita melestarikan budaya, kita sesungguhnya sedang berinvestasi pada modal kreatif masa depan. Melalui kreativitas, kita dapat menghidupkan kembali kawasan bersejarah seperti Kota Tua, bukan sebagai museum yang diam, tetapi sebagai pusat kehidupan dan inovasi yang dinamis,” ujarnya.

Senada dengan Irene Umar, Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta Rano Karno menegaskan bahwa pembangunan kota tidak boleh mengorbankan identitas sejarah dan nilai budaya yang melekat di dalamnya. “Keberadaan proyek MRT di kawasan Kotatua membuktikan bahwa kemajuan dan pelestarian dapat berjalan seiring. Perpanjangan jalur MRT Utara-Selatan menuju kawasan Kotatua ini bukan hanya persoalan mobilitas, tapi juga simbol bahwa masa depan dapat tiba di tempat-tempat yang dahulu menjadi titik bersejarah,” ungkap Rano.
Sementara itu, Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Tuhiyat menjelaskan bahwa dengan progres konstruksi Fase 2 yang telah mencapai 52,27 persen, proyek ini memperluas layanan transportasi publik sekaligus membuka peluang integrasi dengan kawasan Kotatua melalui konsep tata ruang yang mendukung konektivitas pejalan kaki dan transportasi ramah lingkungan.
“MRT Jakarta ingin memastikan pembangunan infrastruktur sejalan dengan pelestarian warisan budaya. Melalui TOD Forum, kami mendorong kolaborasi untuk mewujudkan kota yang modern dan tetap menghormati sejarahnya,” ujar pungkasnya.
Dalam paparannya, Direktur Pengembangan Bisnis MRT Jakarta, Farchad Mahfud, menjelaskan bahwa pengembangan TOD Kota Tua dirancang dengan prinsip heritage-led urban regeneration, yang menempatkan stasiun MRT Kota sebagai katalis revitalisasi kawasan bersejarah. Desain stasiun akan mengadopsi atmosfer Batavia tempo dulu dengan menghadirkan area publik yang nyaman, commercial concourse, serta galeri arkeologi yang terintegrasi langsung dengan jaringan pejalan kaki dan transportasi kota.
Melalui pendekatan ini, MRT Jakarta menargetkan kawasan Kotatua sebagai distrik yang terintegrasi, mudah diakses, dan berdaya saing ekonomi, dengan tetap mempertahankan nilai sejarah dan karakter arsitekturnya. Hal ini diwujudkan melalui revitalisasi koridor utama seperti Jalan Pintu Besar Selatan dan kawasan Beos Plaza sebagai pedestrian spine, penerapan konsep adaptive reuse untuk bangunan cagar budaya, serta pemanfaatan mekanisme inovatif seperti Transfer of Development Rights (TDR) dan Land Value Capture (LVC) untuk mendukung pembiayaan konservasi dan pengembangan kawasan.
Dalam forum ini juga, dilakukan penyerahan hasil riset TOD Kotatua yang dilakukan oleh Pemerintah Inggris melalui Kedutaan Besar Britania Raya di Jakarta. Kajian tersebut merupakan bagian dari Program Green Cities, Infrastructure and Energy (GCIEP) yang menilai potensi ekonomi dan pembiayaan pengembangan TOD Kota Tua. “Kami bangga dapat mendukung MRT Jakarta dalam mewujudkan pengembangan kota yang berkelanjutan dan inklusif melalui riset ini, yang diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengambilan keputusan dan investasi ke depan,” ujar Peter Rajadiston, Minister-Counselor (Development) di Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia.
Forum ini turut menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain Ashdianna Rahmatasari (Ketua Subkelompok Pemanfaatan Ruang Wilayah, mewakili Vera Revina Sari, Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan DKI Jakarta), Hilmar Farid (Akademisi Institut Kesenian Jakarta/Sejarawan), Wendy Haryanto (Executive Director Jakarta Property Institute), Andy Siswanto (Arsitek dan Perancang Kota, PT Wiswakharma), serta perwakilan internasional seperti Matt Benson (Senior Director ThinkCity Malaysia), Isamu Sugeno (International Business Planning Director Mitsubishi Jisho Design), dan Justin Morey (Government Partnerships Lead BDP).
Melalui serangkaian sesi diskusi dan panel talk, para pembicara membahas berbagai tema, mulai dari inovasi desain dalam kawasan heritage, strategi investasi berkelanjutan, hingga praktik adaptive reuse bangunan bersejarah dalam konteks pembangunan berbasis transit.
Sebagai bagian dari kolaborasi antara PT MRT Jakarta (Perseroda) dan Bappeda DKI Jakarta, TOD Forum 2025 diharapkan dapat memperluas pemahaman publik mengenai pentingnya integrasi antara mobilitas, budaya, dan keberlanjutan lingkungan. Melalui TOD Forum 2025, MRT Jakarta memperkuat perannya sebagai katalis transformasi perkotaan yang menghubungkan mobilitas, budaya, dan keberlanjutan. Kolaborasi antara berbagai pihak, baik nasional maupun internasional, menjadi kunci untuk menjadikan Kotatua sebagai contoh keberhasilan pengembangan kawasan heritage yang hidup, berdaya saing, dan berkelanjutan bagi masa depan Jakarta.