Skip to main content

MRT Jakarta dalam Masa Pandemi

Seperti yang kita ketahui, MRT Jakarta merupakan salah satu moda transportasi publik di wilayah DKI Jakarta. Kereta yang beroperasi dari Stasiun Lebak Bulus Grab sampai Stasiun Bundaran HI ini sangat membantu mobilitas masyarakat serta menjadi pelopor tren menggunakan transportasi umum. Bagi masyarakat yang tidak begitu suka bermacet-macet ria di jalan raya, MRT ini adalah jawabannya. Dengan waktu tempuh yang singkat dan harga yang terjangkau, masyarakat dapat menikmati perjalanan yang menyenangkan sembari menikmati pemandangan gedung-gedung tinggi di wilayah TB Simatupang.

Tak dapat dipungkiri pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia telah memengaruhi banyak sektor kehidupan. Mulai dari perekonomian yang berantakan hingga kegiatan masyarakat menjadi terganggu. Beragam kebijakan pun telah dikeluarkan oleh pemerintah, mulai dari 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjauhi Kerumunan) hingga adanya PSBB di wilayah DKI Jakarta. Langkah tersebut diambil dengan harapan dapat mengurangi penyebaran virus yang semakin meningkat tiap harinya.

MRT Jakarta, sebagai pelayanan publik, tentu ikut mengambil langkah baru dalam upaya memberikan fasilitas umum yang nyaman dan aman bagi masyarakat. Sebagai pengguna rutin, saya dapat merasakan keoptimalan MRT Jakarta agar tetap menjadi pilihan transportasi masyarakat meskipun di masa pandemi ini. Mulai dari pertama masuk stasiun, saya disambut oleh petugas yang tetap ramah dengan APD yang lengkap. Setelah itu, petugas melakukan cek suhu dan barang bawaan pada tiap-tiap penumpang. Saya juga dapat jumpai adanya hand sanitizer gratis di berbagai titik di dalam stasiun MRT, adanya garis batas berdiri baik di depan gate maupun di area lain di stasiun, termasuk di dalam toilet dan musholla publik. Salah satu terobosan yang sangat saya apresiasi adalah adanya layanan gate cashless. Tanpa perlu kartu, penumpang dapat membeli tiket secara daring lewat aplikasi MRT Jakarta dan pembayaran dapat dilakukan dengan berbagai macam aplikasi e-wallet. Selain mudah, tentunya terobosan ini menjadi solusi yang aman di masa pandemi karena mengurangi kemungkinan adanya kontak fisik. Kita hanya perlu scan barcode yang muncul saat transaksi tiket berhasil, gate pun akan terbuka. Menarik bukan?

Lanjut saat masuk ke kereta, saya melihat adanya kursi yang telah diberi tanda silang sebagai upaya MRT agar penumpang menjaga jarak duduk dalam kereta. Selain itu, pada lantai kereta juga terdapat tanda batas berdiri bagi penumpang. Terdengar pula himbauan untuk mematuhi protokol 3M yang disuarakan melalui pengeras suara. Terdapat satu peraturan unik yang diterapkan MRT Jakarta, yaitu larangan untuk berbicara di dalam kereta, baik langsung maupun via telepon. Saya melihat terkadang petugas keamanan di dalam kereta terpaksa harus menegur beberapa penumpang yang sepertinya belum mengetahui larangan tersebut.

 Dengan pengalaman seperti di atas, sebagai penumpang, saya tidak merasakan adanya kekhawatiran dalam menggunakan transportasi umum. Rasa aman dan nyaman masih saya rasakan. Mulai dari stasiun keberangkatan, di dalam kereta, hingga sampai stasiun tujuan, semuanya tetap terasa menyenangkan dengan adanya hal-hal baru sebagai solusi dari pandemi yang kita hadapi saat ini. MRT Jakarta tetap menjadi pilihan transportasi yang saya gunakan dalam mobilitas sehari-hari.

Penulis: Amelia Cahyani