William Sabandar: Interkoneksi Bawah Tanah Harus Dikembangkan
“Interkoneksi jaringan bawah tanah harus dikembangkan karena jaringan ini akan menciptakan pengalaman berjalan kaki yang lebih baik untuk masyarakat Jakarta melalui koneksi yang aman dan efisien yang akan mengatalisasi pembangunan kota, meningkatkan kehidupan publik, dan mendorong perubahan perilaku,”
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar saat memberikan keterangan pers setelah pencanangan pembangunan terowongan pejalan kaki (pedestrian tunnel) bawah tanah yang akan menghubungkan Stasiun Dukuh Atas BNI dan Thamrin Nine UOB. Dalam jumpa pers tersebut, William juga menjelaskan tentang kegiatan TOD Forum yang berlangsung selama dua hari, Kamis—Jumat, 7—8 Juli lalu.
“Selama ini, belum semua stasiun MRT Jakarta terkoneksi langsung dengan bangunan di sekitarnya. Jadi, setelah naik MRT Jakarta, penumpang keluar lalu bertemu trotoar kemudian berjalan kaki. Kalau ada interkoneksi dengan gedung, maka kegiatan jalan kaki tersebut akan dilakukan di bawah tanah,” ujarnya. “Berjalan kaki di bawah tanah tersebut menjadi pengalaman tersendiri sehingga aktivitas ekonomi dan sosial pun bisa terjadi di bawah tanah. Hal tersebut diuntungkan dengan adanya moda transportasi bawah tanah seperti MRT Jakarta yang memungkinkan penciptaan ruang di bawah tanah yang efektif untuk pergerakan orang dan pertumbuhan ekonomi,“ ungkapnya.
Keuntungan penggunaan ruang bawah tanah ialah terciptanya jaringan pejalan kaki yang tahan terhadap cuaca, integrasi dengan stasiun moda raya terpadu, efisiensi lahan, dan peluang ekonomi baru serta fasilitas pendukung mobilitas masyarakat. Pengembangan jaringan interkoneksi bawah tanah akan mengoptimalkan akses menuju rubahan bangunan privat sebagai bagian dari pengembangan kawasan dengan orientasi transit.
Sejauh ini, stasiun MRT Jakarta memiliki potensi interkoneksi dengan gedung di sekitarnya seperti Stasiun Bundaran HI dengan Wisma Nusantara, Hotel Pullman, dan Indonesia Satu; Stasiun Setiabudi Astra dengan Sudirman 7.8; Stasiun Bendungan Hilir dengan lahan pengembangan eks Wisma Sudirman dan Wisma Intiland; Stasiun Istora Mandiri dengan Menara Mandiri. Saat ini, interkoneksi layang pertama yang menjadi cerita sukses ialah antara Stasiun Blok M BCA dan Blok M Plaza. Yang sedang dibangun ialah interkoneksi layang antara Stasiun Lebak Bulus Grab dan Poin Square yang direncakan akan selesai pada Agustus 2022 mendatang.
“Idealnya, di stasiun bawah tanah ada dua interkoneksi bawah tanah, yaitu satu di sisi kiri dan satu di sisi kanan stasiun. Untuk stasiun MRT Jakarta, panel (interkoneksinya) sudah disiapkan sejak awal sehingga pembangunan interkoneksi akan memudahkan,” pungkas William.
Dalam sebuah kawasan berorientasi transit, fasilitas pejalan kaki, pesepeda, semua proses aksesibilitas, interkoneksi baik atas maupun bawah tanah, ruang terbuka hijau, dan sarana serta prasarana pendukung seperti trotoar yang nyaman serta hunian terjangkau merupakan tatanan kehidupan kota yang ada di dalam kawasan tersebut.