Skip to main content

Pintu Tepi Peron: Jaminan Keamanan Penumpang

PSD
Pengguna jasa MRT Jakarta sedang antre di depan pintu tepi peron. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Farhan.

Platform screen doors (PSD) atau pintu tepi peron adalah partisi pembatas antara area peron penumpang dan jalur rel kereta. Pemasangan pintu tepi peron bertujuan agar mencegah penumpang terjatuh ke area rel kereta, mencegah kereta terlambat akibat insiden keselamatan, mengurangi biaya penggunaan energi yang disebabkan oleh proses mendinginkan terowongan bawah tanah, dan mengurangi kebutuhan staf stasiun serta awak kereta yang lebih banyak. Pada stasiun layang, pemasangan pintu tepi peron akan meningkatkan keamanan dan keselamatan penumpang di area peron, sedangkan di stasiun bawah tanah, PSD mampu mengurangi biaya operasional pengatur suhu udara hingga 40 persen.

MRT Jakarta menggunakan dua jenis pintu tepi peron, yaitu full height untuk stasiun bawah tanah dan half height untuk stasiun layang. Di partisi pembatas ini, terdapat pintu geser otomatis (automatic sliding door) yang digunakan sebagai akses masuk dan keluar penumpang dari kereta, pintu darurat (emergency door), dan pintu keluar masuk masinis (driver swing doors).

Partisi pembatas ini terbuat dari bahan kaca transparan (tempered glass), dan rangka atau frame kaca terbuat dari bahan besi baja ringan. Komponen penyusun pintu tepi peron terdiri dari kaca, rangka bingkai, motor penggerak, sensor, lampu indikator, pengeras suara, insulation membrane, dan tiang infrared. Terdapat panel manual di ujung peron yang hanya boleh digunakan oleh masinis dalam kondisi tertentu. Pada pintu tepi peron, terdapat tiga jenis pintu, yaitu pintu geser otomatis (automatic sliding doors), pintu darurat (emergencydoors), dan pintu khusus masinis (driver swing doors).

Perawatan PSD
Salah seorang petugas perawatan PSD sedang memeriksa dan mengukur kondisi sabuk (belt) pintu geser otomatis. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya.

Pintu Geser Otomatis/Automatic Sliding Doors

Untuk jalur layang, tinggi pintu geser otomatis sekitar 1,3 meter dan lebar dua meter. Untuk stasiun bawah tanah, tinggi pintu geser otomatis sekitar dua meter dan lebar dua meter. Pintu ASD terintegrasi dengan sistem persinyalan kereta, yaitu Communication-based Train Control (CBTC) yang memungkinkan pintu terbuka atau tertutup secara otomatis ketika pintu kereta terbuka atau tertutup serta memungkinkan posisi kereta akan selalu tepat di depan ASD tersebut.

Dilengkapi dengan dua sensor (obstacle sensor dan infrared sensor) untuk mencegah penumpang terjepit di antara ASD ini, pintu juga dilengkapi dengan lampu indikator dan pengeras suara sebagai penanda atau peringatan pintu akan terbuka atau tertutup. Sebagai tambahan fitur jaminan keselamatan dan kenyamanan pengguna, PSD juga dilengkapi dengan insulation membrane yang berfungsi untuk mencegah electrical shockdari PSD, meskipun sengatan tersebut sangat jarang terjadi dan tidak membahayakan. Untuk fase 1, PT MRT Jakarta membangun 672 pintu geser otomatis yang tersebar di 13 stasiun.

Pintu Darurat/Emergency Doors

Sebagai tambahan fitur keselamatan, PSD juga dilengkapi dengan pintu darurat yang hanya bisa dibuka secara manual dari sisi rel/kereta. Pintu darurat berjumlah 168 unit yang tersebar di tiga belas stasiun. Tersedia enam pintu darurat PSD di satu area peron stasiun (dua belas pintu darurat per stasiun), kecuali Stasiun Blok M yang memiliki tiga lajur.    

Pintu masinis/Drivers Swing Doors

Terletak di ujung tiap peron penumpang, pintu khusus masinis diperuntukkan khusus sebagai akses keluar masuk masinis. Terdapat 56 unit di tiga belas stasiun di fase 1 ini. Di dekat pintu ini, terdapat panel manual yang hanya boleh dioperasikan oleh masinis pada kondisi tertentu.

Pemeliharaan PSD
Tim pemeliharaan pintu tepi peron sedang memeriksa kondisi salah satu pintu geser otomatis di Stasiun Lebak Bulus Grab. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya.

Perawatan dan Pemeliharaan

Terdapat tiga jenis pemeliharaan pintu tepi peron ini, yaitu predictive maintenance yang dilakukan secara visual oleh petugas terkait dan dilaksanakan pada saat waktu operasioal, preventive maintenance yang bersifat dua mingguan meliputi pembersihan (cleaning), pengencangan (tightening), penyesuaian (adjusting), dan tes fungsi (functional test) yang dilakukan di luar waktu operasional kereta, serta corrective maintenanceyang merupakan kegiatan perbaikan alat maupun sistem dengan kegiatan seperti penyesuaian perangkat lunak maupun mekanik atau penggantian suku cadang apabila diperlukan.

Sebagai teknologi baru di Indonesia, tim perawatan MRT Jakarta mendapatkan sejumlah pelatihan dan benchmarking ke operator kereta otomatis lainnya di luar negeri, yaitu JR East Jepang, serta pelatihan teori dan praktik oleh penyedia teknologi ini. Penggunaan sistem pintu tepi peron di MRT Jakarta ini telah mendapatkan penghargaan dari International Innovation Awards 2019 di Singapura dalam kategori service and solution karena dianggap mampu mendorong budaya disiplin antre, tertib, menjaga keamanan penumpang, dan mendorong efisiensi energi di stasiun-stasiun MRT Jakarta.

Penulis: Nasrullah