Skip to main content

FAQ

MRT Jakarta dikelola oleh PT MRT Jakarta yang berstatus BUMD (Badan Usaha Milik Daerah), yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Pendanaan proyek berasal dari pinjaman Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) ke Pemerintah Indonesia. Dana tersebut kemudian diterushibahkan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebesar 49% dan diserahpinjamkan sebesar 51%.

MRT Jakarta dirancang sebagai salah satu pilihan moda raya terpadu untuk mengatasi masalah kemacetan di Jakarta. PT MRT Jakarta memiliki misi untuk menjadi penyedia jasa transportasi publik terdepan yang berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan mobilitas, pengurangan kemacetan, dan pengembangan sistem transit perkotaan.

Selayaknya instrumen transportasi publik, faktor terpenting adalah kemauan masyarakat untuk berubah. Kehadiran MRT Jakarta yang aman dan nyaman serta dapat diandalkan diharapkan menjadi magnet bagi masyarakat yang selama ini menggunakan kendaraan pribadi, terlebih dengan akan adanya interkoneksi dengan KRL, Transjakarta, LRT, dan kereta bandara.

Keberadaan MRT akan mendorong perubahan budaya dalam mobilitas masyarakat yang berujung pada peningkatan kualitas dan gaya hidup. Pada ujungnya, masyarakat Jakarta dapat menghilangkan kemacetan dan menikmati lingkungan indah yang lebih nyaman dengan memanfaatkan transportasi publik. MRT Jakarta adalah milik masyarakat Jakarta, milik masyarakat Indonesia. Mari beralih ke transportasi publik.

Per 25 November 2022, perkembangan CP 201 sudah mencapai 47,48 persen, CP202 sudah mencapai 7,943 persen dan CP 203 sudah mencapai 19,8 persen. Informasi perkembangan proyek dapat diperoleh di submenu Perkembangan Proyek di situs web ini.

Untuk wilayah utara – selatan, koridor fase 1 meliputi Stasiun Lebak Bulus Grab hingga Stasiun Bundaran Hotel Indonesia. Selanjutnya, fase 2A akan melayani rute Bundaran Hotel Indonesia hingga Kota.

Fase 1: Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, Sisingamangaraja (stasiun layang), Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia (stasiun bawah tanah). Total jarak Stasiun Lebak Bulus-Stasiun Bundaran Hotel Indonesia mencapai + 16 kilometer ( jalur layang + 10 kilometer dan jalur bawah tanah ­+ 6 kilometer).

MRT Jakarta ditargetkan akan siap beroperasi pada Maret 2019.

Harga perjalanan terjauh, yaitu Stasiun Lebak Bulus Grab--Stasiun Bundaran HI sebesar Rp14.000,00. Untuk membeli tiket, setiap stasiun akan dilengkapi dengan Ticket Vending Machine (TVM) dan Ticket Operator Machine (TOM), yaitu loket manual dengan staf yang melayani pembelian. Selain itu, tersedia Added Value Machine (AVM) yang dapat digunakan untuk mengecek sisa saldo dan top up isi kartu di TVM. Untuk pengoperasian kartu, akan menggunakan sistem tap in dan tap out. Akan tersedia dua jenis kartu, yaitu multi trip dan single trip.

PT MRT Jakarta menyiapkan 16 set rangkaian kereta; 14 set akan beroperasi dan dua set sebagai cadangan. Satu set rangkaian terdiri dari enam kereta.

Bervariasi. Mulai dari 0,8 km – 2,2 km.

Satu kereta mampu menampung 200-300 penumpang, sehingga satu set rangkaian mampu menampung sekitar 1.200 – 1.800 penumpang. Kereta berasal dari Jepang yang dirangkai di Depo Lebak Bulus.

Headway kereta adalah lima menit pada jam-jam sibuk, dengan total waktu tempuh 30 menit. Waktu kereta singgah (dwell time) di setiap stasiun + 30 detik.

Konstruksi jalur MRT Jakarta didesain tahan terhadap gempa mengikuti Standar Nasional Indonesia 2012.

Tidak. Akses air dari luar stasiun bawah tanah hanya melalui area pintu masuk yang terletak di area pejalan kaki, yang tingginya sekitar 30 cm – 100 cm dari permukaan jalan. Sehingga jika terjadi situasi rentan banjir maka pintu masuk akan ditinggikan sebelum penumpang turun dengan tangga atau eskalator. Selain itu, terdapat flood gate dan rolling door yang berfungsi sebagai  flood barrier siap menutup akses pintu masuk bila air semakin tinggi.

Untuk masuk ke dalam stasiun, baik layang maupun bawah tanah, akan tersedia eskalator, elevator, dan tangga sebagai pilihan kemudahan bagi penumpang.

Terdapat area concourse yang menyediakan gerai komersial yang menyediakan beragam layanan yang dibutuhkan masyarakat untuk menunjang mobilitasnya.

Di dalam stasiun, akan ada eskalator, elevator, ruang pertolongan pertama, ruang menyusui, toilet umum, Platform Screen Door (PSD), tempat duduk, station front office untuk layanan penumpang (customer services), ticket sales office (TOM), public announcement, tactile untuk penyandang disabilitas. Untuk passenger gate, selain yang biasa (lebar 60 cm), juga akan tersedia wide passenger gate dengan lebar 90 cm untuk lalu-lalang pengguna kursi roda. Setiap stasiun juga akan dilengkapi dengan jaringan nirkabel, passenger information display yang berisikan informasi status kedatangan dan keberangkatan kereta.

Untuk kereta, sinyal telekomunikasi tetap bisa diakses oleh penumpang meskipun berada dalam terowongan dengan kedalaman 20 meter. Disediakan bangku prioritas (priority seat) untuk penyandang disabilitas, orang tua, ibu hamil, dan anak-anak. Tempat barang juga akan tersedia di bagian atas bangku prioritas. Di dalam kereta tersedia passenger information display yang berisi peta jalur dan status posisi kereta.

Tiap stasiun bawah tanah akan dilengkapi dengan penyejuk ruangan, sementara di tiap stasiun layang akan digunakan desain yang mengoptimalkan sirkulasi udara terbuka.

PT MRT Jakarta memiliki Divisi Risk Management yang selalu mengkaji risiko secara rutin dan membuat rencana mitigasi terhadap aspek keselamatan. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tidak hanya untuk pekerjaan konstruksi, namun juga ketika MRT Jakarta mulai beroperasi secara komersial.

Staf keamanan akan tersedia di setiap stasiun begitu juga penempatan CCTV untuk memantau aktivitas di dalam stasiun.

Kereta MRT Jakarta menggunakan rel ganda dengan lebar 1.067 mm.

Kereta MRT Jakarta beroperasi menggunakan sistem Automatic Train Operation (ATO) level 2 dengan sistem persinyalan Communication-based Train Control (CBTC) dari Operation Control Center (OCC) di Lebak Bulus. Fungsi masinis hanya untuk menutup pintu kereta dan dalam kondisi khusus mengoperasi kereta secara manual ke stasiun terdekat.

Saat ini, ada empat stasiun MRT Jakarta yang terintegrasi secara fisik dengan transportasi publik seperti halte Transjakarta, stasiun Commuterline, dan stasiun kereta bandara yaitu Stasiun Bundaran HI, Stasiun Dukuh Atas BNI, Stasiun ASEAN, Stasiun Blok M BCA, dan Stasiun Lebak Bulus Grab.  Setiap stasiun MRT Jakarta baik layang maupun bawah tanah pun telah dilewati oleh sejumlah rute BRT Transjakarta dan akan terhubungkan dengan area pejalan kaki yang aman dan nyaman sehingga pengguna dapat melanjutkan perjalanannya ke jenis transportasi publik lainnya.

Ya. Kereta MRT Jakarta menyediakan tempat duduk prioritas untuk penyandang disabilitas, lansia, ibu hamil, dan anak-anak. Desain peron penumpang dan kereta yang sejajar memungkinkan kursi roda keluar masuk dengan nyaman. Khusus di bagian dalam kereta tiga dan empat, disediakan area khusus kursi roda. Pintu masuk kereta bagi penumpang (wide passanger gate) lebarnya 90 cm, memungkinkan pesepeda membawa masuk sepeda lipat dengan nyaman. Stasiun Cipete Raya telah memiliki bike rack sehingga pesepeda dapat memarkirkan sepedanya dan melanjutkan perjalanan dengan ratangga.

MRT Jakarta beroperasi dengan standar internasional. Artinya aman, nyaman, dan dapat diandalkan. Tidak hanya menjadi salah satu solusi kemacetan Ibu Kota, MRT Jakarta juga mendorong sistem transportasi yang terintegrasi dengan moda transportasi publik lainnya, seperti bus dan kereta. Setiap stasiun MRT akan berkembang menjadi transit oriented development (TOD) yang menyediakan beragam layanan yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk menunjang mobilitasnya.

Mulai pukul 05.00 – 24.00 WIB setiap hari kerja Senin--Jumat, dan pukul 06.00--24.00 WIB pada akhir pekan. 

Informasi lowongan kerja dapat diperoleh di menu Karier di situs ini.